BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dalam lingkup mikro pendidikan diwujudkan melalui proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Proses ini berlangsung melalui proses belajar mengajar inilah peserta didik akan mengalami proses perkembangan kearah yang lebih baik dan bermakna. Agar hal tersebut dapat terwujud maka diperlukan suasana proses belajar mengajar yang kondusif bagi peserta didik dalam melampaui tahapan- tahapan belajar secara bermakna dan efektif sehingga menjadi pribadi yang percaya diri,inovatif dan kreatif, (Surya, 1992 : 179).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,konsep - konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi yang merupakan suatu proses penemuan, sehingga dapat membantu pesarta didik memperoleh pengalaman langsung dan pemahaman untuk mengembangkan kompetensinya agar dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Berdasarkan observasi di lapangan adanya temuan bahwa kedudukan dan fungsi guru dalam kegiatan pembelajaran saat ini cenderung masih dominan, aktifitas guru masih saangat besar dibandingkan dengan aktifitas siswa yang masih rendah kadarnya. Ketika proses belajar mengajar hendaknya terjalin hubungan yang sifatnya mendidik dan mengembangkan. Guru tidak hanya menyampaikan materi tetapi sebagai figur yang dapat merangsang perkembangan siswa, sebagaimana yang tertuang dalam kurikulum 2006 (KTSP) mata IPA di SD /MI pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (Scientific Inquiri) untuk meumbuhkan kemampuan berpikir,bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman langsung penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah dalam hal ini seorang guru harus memiliki kompetensi yang cukup sebagai pengelola pembelajaran. Seorang guru yang memiliki kompetensi diharapkan akan lebih baik dan mampu menciptakan suasana dan lingkungan belajar yang efektif,sehingga hasil belajar siswa akan optimal.
Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana upaya guru menciptakan pembelajaran yang optimal dengan komunikasi multi arah, meningkatkan aktifitas,meningkatkan penguasaan konsep,meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dan meningkatkan prestasi belajar siswa ?
Sehubungan dengan hal di atas metode mengajar yang digunakan oleh guru hendaknya sedemikian rupa bervariasi sesuai dengan tujuan dan materi yang diajarkan. Dengan metode yang variatif inilah siswa akan bergairah dalam belajar secara inovatif dan kreatif. Metode mengajar yang digunakan guru dalam interaksi belajar mengajar merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dan kelancaran proses belajar.
Pembelajaran IPA pada pelaksanaanya haruslah diupayakan dalam kondisi pembelajaran yang kondusif dalam arti pembelajaran itu harus bersifat aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan maka dari itu peranan dan fungsi guru dalam pembelajaran harus dapat memberikan warna dan bentuk terhadap proses pembelajaran dan dapat menciptakan situasi kelas yang kondusif, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal,sebagaimana dikemukakan oleh User Usman (2000: 3) bahwa belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman yang lebih abstrak.
Galton dan harlen (yasbiati. 2005 : 27) mengemukakan bahwa secara global dimensi yang hendak dicapai oleh serangkaian tujuan kurikuler pendidikan sains (IPA) dalam kurikulum pendidikan dasar adalah mendidik anak agar memahami konsep sains, memiliki ketrampilan ilmiah dan religius. Keilmiahan dan tujuan pendidikan IPA sebagaimana dipaparkan di atas sudah tentu tidak serta merta dapat dicapai oleh materi pelajaran IPA, melainkan dengan melibatkan siswa ke dalam kegiatan di dalamnya dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran , siswa dilatih melakukan kegiatan yang dilakukan dalam memperoleh ilmu pengetahuan untuk menemukan konsep - konsep serta menerapkanya dalam kehidupan sehari- hari.
Siswa akan lebih muda memahami suatu konsep jika belajar menemukan sendiri dan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran tersebut sehingga terjadi suasana belajar yang menyenangkan sebagaimana dikemukakan oleh Uzer Usman (2000 : 31) bahwa pengajaran yang menggunakan verbalisme tertentu akan cepat membosankan, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira belajar karena merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya.
Tujuan umum pendidikan dasar yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan (life skill) untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut, khususnya di Sekolah Dasar. Apakah kompetensi dasar telah tercapai ? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat bervariasi antara guru yang satu dengan guru yang lain dan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Pengalaman penulis dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kompetensi Dasar ’’ Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (tarikan/dorongan) dapat mengubah gerak dan bentuk suatu benda’’ dikelas IV SD Negeri 02 Limbangan, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, pada Semester II tahun pelajaran 2009/2010, menunjukkan bahwa penguasaan siswa terhadap materi ini masih rendah.
Untuk mengetahui secara rinci kekurangan-kekurangan yang dialami oleh siswa, penulis melakukan refleksi diri dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah :
1. Bagaimana perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran ?
2. Bagaimana ketertiban siswa dalam mengikuti pembelajaran ?
3. Bagaimana keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan siswa ?
4. Apakah siswa berani mengemukakan pertanyaan dari hal-hal yang belum dimengerti ?
5. Bagaimana kemampuan siswa dalam memecah masalah ?
6. Bagaimana kemampuan siswa dalam diskusi kelompok ?
7. Bagaimana kemampuan siswa dalam menyelesaikan lembar kerja siswa tentang gaya ?
8. Bagaimana hasil ulangan siswa ?
Dari jawaban atas pertanyaan refleksi diketahui berbagai kekurangan dalam pembelajaran yaitu :
1. Siswa sering melihat keluar dan kurang memperhatikan pelajaran.
2. kbermain dalam mengadakan percobaan
3. Siswa kurang berani dalam menjawab pertanyaan guru.
4. Siswa tidak berani dalam bertanya hal - hal yang belum dimengerti.
5. Siswa kurang mampu dalam memecahkan masalah.
6. Siswa kurang mampu dalam berdiskusi kelompok.
7. Siswa tidak mampu menyelesaikan lembar kerja siswa tentang gaya.
8. Hasil ulangan siswa rendah.
Dari jawaban di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa masih rendah. Indikator rendahnya hasil belajar siswa adalah hasil ulangan siswa rendah. Minimnya prestasi belajar siswa tidak terlepas dari perilaku proses pembelajaran yaitu banyak siswa sering melihat ke luar dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa kurang berani menjawab pertanyaan guru. Siswa tidak berani bertanya hal-hal yang belum dimengerti. Siswa kurang mampu memecahkan masalah. Siswa tidak mampu melakukan diskusi dengan benar dalam penyelesaian lembar kerja siswa tentang gaya . Siswa banyak yang salah dalam menjawab soal-soal ulangan yang diberikan guru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi latar belakang masalah yang diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pengunaan media benda-benda konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA khususnya pada konsep gaya ?
Dari rumusan masalah di atas dapat diperjelas dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana pemahaman awal siswa terhadap konsep gaya.
2. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan media benda-benda konkret ?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa setelah guru menerapkan media alat peraga benda-benda konkret ?
selengkapinya di ....
selengkapinya di ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar